Selasa, 29 Juli 2014

Tebak- tebakan Pohon Khuldi

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

TEBAK- TEBAKAN POHON KHULDI

   Sampai hari ini perdebatan tentang pohon yang اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى melarang Nabi Adam a.s untuk mendekatinya terus menjadi topik yang hangat dan semakin menambah penasaran. Ada yang mencoba  meneliti untuk mengetahui pohon apa sebenarnya yang dimaksud dalam cerita awal peradaban manusia itu. Ada yang menurut saja dengan pendapat penganut agama lain, yang menurut saya mereka juga sekedar menerka saja, bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon apel.
   Sekarang mari kita renungkan, jika seandainya diketemukan bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon tertentu, lalu pertanyaannya, mau diapakan pohon itu? Ditebang, dijauhi, atau malah dikeramatkan? Saya rasa tidak banyak manfaat yang bisa kita ambil andaikan kita benar- benar mengetahui secara fisik pohon yang dimaksud. Lantas, apa tidak perlu kita mengkajinya? Jawabannya jelas dan tegas: PERLU. Sebab Al Qur'an diturunkan oleh اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sebagai pelajaran buat kita, dan kita dituntut untuk mengambil pelajaran darinya. Lha terus kalau nantinya pohon itu ketemu 'barangnya', mau apa, toh nggak terlalu berpengaruh terhadap kemajuan kehidupan (baca: peradaban) kita.
   Mari kita coba melihat dari sisi lain. Jika kita hanya melihat suatu 'cerita jaman dahulu' hanya dari sisi fisikalnya saja, maka bisa jadi perdebatannya tidak akan ketemu dan tidak akan selesai- selesai, padahal ceritanya sudah selesai sejak dahulu kala. Maka salah satu sudut pandang yang bisa kita coba adalah dari sisi filosofi. Dari sisi filosofi ini kita mencoba mencari hikmah peristiwa Nabi Adam a.s, Iblis, dan pohon khuldi tersebut.
   Tentu kita semua sudah familiar dengan cerita yang sedang kita bahas, maka saya kira tidak perlu banyak menukil ayat- ayat yang bersangkutan. Namun rasanya perlu saya tulis ringkasan ceritanya. اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menempatkan Nabi Adam a.s di dalam surga. Di dalam surga itu Nabi adam bersama Siti Hawa hidup dengan diberi kebebasan menikmati apa saja kecuali sebuah pohon kayu. Iblis yang menyebut pohon itu sebagai pohon khuldi (keabadian) menggoda Nabi Adam a.s dan Siti Hawa untuk memakan buahnya. Akhirnya Nabi Adam a.s dan Siti Hawa terbujuk oleh rayuan Iblis sehingga dimurkai oleh اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
   Perlu diingat bahwa kita tidak sedang membicarakan fisik pohon itu, namun filosofinya. Maka yang kita cari adalah perumpamaan- perumpamaan yang diberikan oleh اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى kepada kita melalui Al Qur'an. Ternyata yang bisa kita temukan dari sekian banyak perumpamaan adalah pohon yang disebut dalam Al Qur'an surat Ibrahim (14) ayat 24-26, yang isinya:
أَلَمْ تَرَ‌ كَيْفَ ضَرَ‌بَ اللَّـهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَ‌ةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْ‌عُهَا فِي السَّمَاءِ 

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَ‌بِّهَا ۗ وَيَضْرِ‌بُ اللَّـهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُ‌ونَ 

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَ‌ةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الْأَرْ‌ضِ مَا لَهَا مِن قَرَ‌ارٍ‌ 

   Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (24)
 pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (25)
  Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (26)

Kalimat yang baik atau kalimat thayibah menurut para ulama adalah dua kalimat syahadat, dan kalimat- kalimat lain yang menyuruh atau mengajarkan kebaikan dan ketakwaan. Singkatnya kalimat yang baik adalah ajaran dari اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  itu sendiri, yaitu Islam. Sedangkan kalimat yang buruk adalah kebalikannya, yaitu setiap kalimat yang mengandung ajaran pembangkangan, kemungkaran, kedzaliman, kufur, dan lain- lain yang secara singkat bisa disebut sebagai perbuatan dosa.
   Sekarang jadi kelihatan sangat simpel, اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mempersilahkan Nabi Adam a.s dan Siti Hawa untuk menikmati segalanya kecuali pohon larangan yang dengan kata lain bisa bermakna mereka dilarang untuk mendekati hal- hal yang bisa bersifat mendekatkan mereka pada pembangkangan, kemungkaran, kedzaliman, kufur, dan hal- hal yang senada lainnya yang menuju satu kata: dosa. Artinya pula اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah menetapkan aturan- aturanNya untuk dilaksanakan oleh Nabi Adam a.s. Namun sayangnya leluhur kita Nabi Adam a.s terbujuk oleh rayuan musuhnya yaitu Iblis yang membuat beliau tergelincir untuk melakukan hal yang dilarang اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
   Yang lebih menarik lagi ketika kita baca surat Al A'raf yang juga membahas cerita ini. Kita perhatikan ayat 22 dari Surat Al A'raf tersebut:

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُ‌ورٍ‌ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَ‌ةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَ‌قِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَ‌بُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَ‌ةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ

maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (22)  

Kemudian mari kita hubungkan dengan kelanjutan ayat tersebut, kita loncat ke ayat 26nya (masih di surat yang sama):

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِ‌ي سَوْآتِكُمْ وَرِ‌يشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ‌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّـهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُ‌ونَ

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (26)  

Sudah ketemu? Menarik, bukan? Ya, di ayat 22 اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mengisahkan setelah Nabi Adam a.s dan Siti Hawa memakan (bukan hanya mendekati pohonnya) buah dari pohon tersebut, maka nampaklah aurat mereka dan mereka berusaha menggantinya dengan daun- daun surga. Kemudian di ayat 26nya  اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىmengingatkan kembali kepada cerita Nabi Adam a.s tadi dan menyinggung tentang pakaian serta menyebutkan bahwa pakaian yang paling baik adalah pakaian takwa. Bisa kita ambil pelajaran bahwa pakaian terbaik di sisi اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى adalah pakaian takwa, bukan pakaian yang secara fisik materi yang kita pakai sekarang ini, dan bukan pula pakaian dari daun- daun surga yang Nabi Adam a.s dan Siti Hawa memakainya untuk mencoba menggantikan pakaian takwa yang terlepas dari mereka. Maka tatkala mereka memakan buah dari pohon khuldi, yaitu si pohon buruk, hakekatnya adalah mereka melepaskan ketakwaan mereka. Lepas dari takwa artinya hanya satu: berbuat dosa.
   Dari dua ayat di atas, yakni Surat Al A'raf ayat 22 dan 26, maka pemisalan pohon khuldi dengan pohon yang disebut dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menjadi semakin kuat.
   Jika kita memegang hal ini sebagai pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya dari cerita 'Pohon Khuldi' tersebut, maka Insya Allah kita akan mendapat manfaat yang besar. Dan pohon khuldi itu sekarang ini ada! Dekat sekali dengan kita, bukan hanya di depan mata, bahkan mengelilingi kita, tidak perlu repot- repot mencari, meneliti, apalagi memperdebatkan untuk mengetahui wujudnya. Seandainya tiap- tiap diri kita mampu mengambil pelajaran untuk tidak sekali kali mendekati pohon khuldi itu, Insya Allah dunia ini akan maju dengan peradaban yang gemilang.........

Allahu a'lam bishshawab.

*Special thanks to my lovely wife for her inspirations*