Minggu, 12 Mei 2013

Joko Bodho Bicara Tentang Penciptaan Alam Semesta





بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

JOKO BODHO BICARA TENTANG PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

   Dalam legenda Jawa, Joko Bodho adalah seorang anak yang memiliki IQ rendah, sehingga selalu salah dalam memahami segala sesuatu. Namun di sini saya menyebut diri sebagai Joko Bodho tidak separah tokoh dalam legenda tersebut. Saya hanya mengakui bahwa diri saya sangat bodoh, sehingga pantas diberi panggilan Joko Bodho. Jadi tulisan berikut adalah hasil pemikiran orang bodoh yang hanya sedikit mengetahui teori- teori modern.

Penciptaan Alam Semesta Tidak Memerlukan Bahan Baku

   Bilangan 0 (nol) adalah penemuan besar yang dicapai oleh manusia. Angka ini mempunyai banyak fungsi, antara lain membatasi banyaknya angka yang dipakai sehingga menjadi 10 angka saja (yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0 itu sendiri). Sebelumnya untuk menyatakan bilangan milyaran, manusia membutuhkan banyak sekali angka/ simbol. Selain itu, angka 0 juga menunjukkan ketiadaan. Segala sesuatu yang tidak ada bisa dilambangkan dengan angka 0 ini. Jadi, jika saya mengatakan bahwa alam semesta diciptakan tanpa bahan baku, maka bisa saya bilang bahwa alam semesta diciptakan dengan bahan baku 0.
   Kita lihat rumus sederhana berikut ini:

  • 1 + (-1) = 0, sama saja jika kita menulis:
  • 100 + (-100) = 0, atau apapun angkanya:
  • 36719703 + (-36719703) = 0
Mungkin anda bertanya- tanya, apa hubungannya angka- angka di atas dengan penciptaan alam semesta? Tentu anda pernah mendengar, atau bahkan tahu persis mengenai teori anti materi atau anti partikel bukan? Anti materi merupakan lawan dari materi itu sendiri. Dalam teori ini, jika materi bertemu dengan anti teori yang pas, maka materi itu akan hilang, atau lenyap, atau dalam bahasa kita di sini, menjadi 0. Kemana perginya? Menurut teori itu materi itu berubah menjadi energi. Nah, jika energi bertemu dengan anti energinya, berubah jadi apa lagi? Yang jelas apapun hasilnya, jika dipertemukan dengan antinya, maka akan lenyap alias jadi 0.
Lalu kita lihat persamaan di bawah ini:

  • 0 = 1 + (-1), sama saja jika kita menulis:
  • 0 = 100 + (-100), atau apapun angkanya:
  • 0 = 36719703 + (-36719703)
Lho, bukannya sama saja dengan yang sebelumnya? Ya, betul, cuma di sini angka 0 nya ada di depan. Maksudnya adalah, persamaan sebelumnya menggambarkan bahwa materi yang bertemu anti materinya akan menjadi 0. Di sini, dari angka 0, Sang Pencipta bisa 'seenakNya' menciptakan segala sesuatu, dengan menciptakan antinya juga. Maka, jika Dia berkehendak, amat mudahlah Dia melenyapkannya.
   Suatu saat, saya meminjam uang dari bank. Uang ini cukup untuk membeli sebuah mobil sedan baru. Padahal sesaat sebelum pinjaman itu cair, uang saya jauh dari cukup untuk membeli mobil itu. Lha terus dari mana datangnya uang ini? Ternyata saldo saya di bank jika disumarykan hasilnya adalah minus... Ini yang ada dalam pikiran Joko Bodho.

Memikirkan Terjadinya Pelangi

   Pada jaman legenda Joko Bodho dulu, pelangi dianggap sebagai jalan bidadari yang mau turun ke bumi. Sekarang kita tahu bahwa pelangi adalah hasil dari pembiasan cahaya matahari oleh butiran- butiran air. Joko Bodho melihat pelangi tidak sekedar untuk menikmati keindahannya.
Pelangi. Sumber foto: wikipedia.org
  Jika memang pelangi yang warnanya bermacam- macam dan sangat indah itu berasal dari cahaya matahari yang tidak berwarna, maka sangat menarik jika kita hubungkan dengan penciptaan alam semesta ini. Seolah- olah pelangi yang merupakan bagian kecil dari alam semesta ini menggambarkan (dengan penuh warna) penciptaan alam semesta secara keseluruhan. Ya, jika kita anggap sinar matahari tidak mempunyai warna (berarti warna dari cahaya matahari = 0), dan warna pelangi adalah mejikuhibiniu atau merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, maka bisa kita buat persamaan matematikanya:

----> warna cahaya matahari = warna pelangi
----> 0 = merah + jingga + kuning + hijau + biru + nila + ungu
----> merah + jingga + kuning + hijau + biru + nila + ungu = 0

Secara skala laboratorium, tentu kita pernah melakukan percobaan mengarahkan lampu senter ke arah prisma kaca. Dari cahaya senter yang asalnya tidak berwarna, setelah melewati prisma kaca tersebut akan membentuk 7 warna pelangi.
Percobaan cahaya melewati prisma kaca. Sumber gambar: wikipedia.org
Mungkin seperti inilah filosofi penciptaan alam semesta. Tentu, Sang Pencipta mempunyai tekhnologi yang super canggih untuk menciptakannya. Maka, dalam sebuah ayat Al Qur'an, kita bisa menemukan teori penciptaan alam semesta.

أَوَلَمْ يَرَ‌ الَّذِينَ كَفَرُ‌وا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضَ كَانَتَا رَ‌تْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

  Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

   Dan jika kita letakkan satu prisma kaca secara terbalik di sisi warna pelangi tersebut, maka cahaya yang didapat adalah kembali seperti semula. Percobaan lain yang bisa dilakukan adalah dengan memotong kertas putih tebal sehingga membentuk lingkaran. Kemudian kertas putih itu diwarnai dengan warna ketujuh warna pelangi tersebut. Masing- masing warna menempati 1/7 bagian dari lingkaran (satu warna membentuk 1/7 lingkaran). Kemudian tepat di tengah lingkaran tersebut kita tusuk dengan pensil sehingga pensil tersebur menancap. Selanjutnya pensil dan kertas tersebut kita putar seperti gangsing. Maka bisa kita temukan, warna yang terlihat adalah warna asal dari kertas tersebut, yaitu putih. Dengan kata lain, ketujuh warna itu lenyap.

Lenyapnya Suatu Materi Tidak Mesti Bertemu Dengan Negatifnya

   Dari pengamatan pelangi di atas, maka Joko Bodho berpikir bahwa materi bisa saja hilang tanpa harus bertemu dengan anti materinya. Atau bisa jadi, dan kemungkinan, yang terjadi adalah sangat komplek. Dimana gabungan beberapa materi bertemu dengan gabungan beberapa anti materi akan menjadikan beberapa materi tersebut lenyap. Atau mungkin anti materi dari sesuatu, atau kumpulan sesuatu ternyata berbentuk materi juga? Allahu a'lam bishshawab.

Kesimpulan Joko Bodho

   Jika anda mempunyai ilmu tentang hal ini, maka Joko Bodho dengan senang hati akan belajar dari anda. Komentar anda sangat ditunggu, agar اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memberi kita pemahaman yang lebih mendekati kebenaran.
   Akhirnya Joko Bodho berkeyakinan bahwa jika alam semesta ini disatukan lagi, maka disana akan bertemu materi dan anti materi, entah bagaimana wujudnya. Yang jelas, Sang Pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini dari ketiadaan (0) mempunyai tekhnologi yang dengan mudah akan melenyapkannya (menjadikannya 0 kembali)...
   Maka, pada hakekatnya kita ini adalah 0. Hanya  اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sajalah yang 1.

Jumat, 10 Mei 2013

Memahami Objek Dakwah


بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

 MEMAHAMI OBJEK DAKWAH

   Kita semua tahu bahwa Agama Islam mampu bertahan sampai sekarang ini, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, adalah berkat kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW. Beliau dari seorang diri, mampu mengkader ribuan orang pada masanya untuk tertarik kemudian menjadi pemeluk Islam, dan berikutnya istiqomah dalam menjalankannya. Tentu kesuksesan dakwah beliau SAW tidak begitu saja terjadi, pasti metode dan manajemen dakwah beliau mempunyai andil yang besar, meskipun tentu pertolongan اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى tidak bisa dipisahkan.
   Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan  dakwah Rasulullah SAW adalah beliau mampu memahami objek dakwahnya. Beliau memahami sifat dan karakter orang yang akan beliau dakwahi. Maka, di luar anggota keluarga, yang pertama beliau dakwahi adalah Abu Bakar r.a. Ini bisa kita maklumi karena Abu Bakar r.a. lah sahabat terdekat beliau. Beliau mengenal betul sosok yang didakwahinya, dan yakin akan mudah menerima apa yang dibawanya.
   Kemudian seperti yang mahsyur diceritakan dalam kisah- kisah siroh nabawiyah, Rasulullah melakukan dakwah sembunyi- sembunyi, dengan menemui kaumnya secara empat mata, ataupun dalam jumlah yang sedikit. Tujuannya adalah menyesuaikan metode ataupun isi dakwah dengan orang yang didakwahi. Seandainya beliau menghadapi banyak orang, tentu saja akan lebih sulit menyesuaikan materi dan metode dakwah beliau, karena masing- masing orang punya karakter dan tingkat pemahaman yang berbeda- beda. Dengan cara ini, beliau berhasil mengajak beberapa orang untuk masuk Islam, dan terbukti kemudian menjadi pemeluk Islam yang sangat kokoh imannya.
   Jika kita gali, maka akan sangat banyak yang kita pelajari dari manajemen dakwah Rasulullah SAW, namun di sini kita hanya sedikit membahas salah satu metodenya, yaitu berdakwah secara bertahap. Ini sangat erat kaitannya dengan metode turunnya Al Qur'an yang berangsur- angsur. Tujuannya adalah seperti yang difirmankan اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  dalam Al Qur'an Surat Al Furqan (25): 32

  وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُ‌وا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْ‌آنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَ‌تَّلْنَاهُ تَرْ‌تِيلًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS 25: 32)

   Di sini bisa kita pahami bahwa tujuan diturunkannya Al Qur'an secara berangsur- angsur adalah supaya hati orang- orang yang beriman menjadi kuat, dalam artian tidak kaget (karena menerima sesuatu yang luar biasa), dan untuk mempermudah memahami dan menghafalkannya secara benar. Jika Al Qur'an itu diturunkan atau disampaikan seketika, maka akan sulit diterima karena jauh bertentangan dengan kultur pada saat itu. Demikian pula ketika menyampaikan Al Qur'an (berdakwah), Rasulullah pun menyampaikan secara berangsur- angsur, disesuaikan dengan tingkat pemahaman objek dakwah yang beliau hadapi. Dalam suatu hadits, beliau bersabda,

"Tidaklah engkau mengatakan sebuah perkataan kepada suatu kaum yang akal mereka belum memahami perkataan tersebut, melainkan sebagian mereka akan tertimpa fitnah"
(HR Muslim No. 14, Al Muqadimah, Bab An Nahyi 'Anil Hadits Bikulli Ma Sami'a)

 Dari hadits di atas bisa kita pahami pentingnya memahami kondisi objek dakwah. Bila kita menyampaikan sesuatu yang, katakanlah terlalu jauh untuk dipahami oleh objek dakwah, maka yang akan terjadi malah bisa mencelakakan si objek dakwah karena menentang dakwah yang kita sampaikan. Sebagai gambaran adalah ayat- ayat yang mula- mula turun (fase Mekah) membahas masalah ketauhidan, kebangkitan setelah mati, surga dan neraka. Sangat sedikit ayat yang berhubungan dengan masalah sosial, kenegaraan, dan hukum- hukum. Aisyah r.a pernah menyampaikan, bahwa jika saat itu penduduk mekah dilarang untuk berzina, maka mereka pasti akan bersumpah untuk tidak meninggalkan zina selama- lamanya. Namun karena yang didakwahkan terlebih dahulu adalah pembalasan nanti setelah berbangkit, maka mereka sanggup meninggalkannya.
   Contoh lain adalah masalah hukum meminum minuman keras atau khamr. Kita bisa menemukan 4 ayat yang berhubungan dengan hukum meminum khamr ini. Secara tertib turunnya, maka tahap- tahap sampai kepada pengharamannya adalah sebagai berikut:

QS An Nahl (16): 67

وَمِن ثَمَرَ‌اتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرً‌ا وَرِ‌زْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (QS 16: 67)

QS Al Baqarah (2): 219






يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ‌ وَالْمَيْسِرِ‌ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ‌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ‌ مِن نَّفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُ‌ونَ

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (QS 2: 219)

QS An Nisaa (4): 43

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَ‌بُوا الصَّلَاةَ وَأَنتُمْ سُكَارَ‌ىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِ‌ي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْ‌ضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ‌ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورً‌ا


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS 4: 43)

QS Al Maidah (5): 90

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ‌ وَالْمَيْسِرُ‌ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِ‌جْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS 5: 90)

   Selanjutnya bisa kita gambarkan dalam diagram berikut, dimana garis hitam adalah batas keislaman manusia, yang terus dipersempit dengan turunnya ayat- ayat Al Qur'an yang berangsur- angsur, untuk menuju syarat pemeluk Islam bisa dikatakan sudah masuk secara kaffah.

Contoh pelaksanaan hukum meminum khamr yang berangsur- angsur.

    Kita perhatikan bahwa ketika turun QS 16: 67, orang mukmin masih diperkenankan meminum khamr, ayat ini hanya menceritakan kondisi saat itu. Kemudian ketika turun QS 2: 219, ini merupakan warning bahwa اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى tidak menyukai orang yang meminum khamr. Bagi yang memahami maksud ayat tersebut, maka mereka segera bergeser dari wilayah bintang berwarna merah ke arah pusat lingkaran. Ada yang langsung paham sehingga ia langsung masuk ke wilayah lingkaran dengan bintang hijau, ada yang sekedar mengurangi aktivitas meminum khamr sehingga dia hanya bergeser ke wilayah bintang oranye. Tapi bagi yang masih tinggal di wilayah bintang merah, mereka akan kesulitan jika nantinya turun larangan yang lebih keras.
   Ketika turun QS 4: 43, maka yang tidak mematuhi bisa terkena dosa besar, ini karena sholat mereka tidak diterima. Namun meminum khamrnya sendiri masih diperbolehkan. Hingga ketika turunnya QS 5: 90, maka yang masih meminumnya tidak bisa dikatakan telah masuk Islam secara kaffah, dan setiap kali meminumnya, maka ia mendapat dosa.
   Jika kita ambil pelajaran, maka untuk menguatkan hati, artinya siap untuk menerima perintah atau larangan selanjutnya yang mungkin lebih berat untuk dilaksanakan atau ditinggalkan, maka diperlukan penyampaian ajaran Islam secara berangsur- angsur. Jika tidak, bisa jadi niat kita menyelamatkan si objek dakwah, tapi yang terjadi malah kita menjerumuskan dia ke neraka.
   Untuk itu bagi para penbaca, mohon tidak sungkan- sungkan menyampaikan komentar, untuk meminimalisir kesalahan penafsiran tentang tulisan- tulisan saya. Ini sangat mungkin terjadi karena pilihan kata yang saya pakai belum tentu pas dengan pemahaman anda sekalian. Jazakulloh khoir.

Allahu a'lam bishshawab.