بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
KALA BERSEDEKAH MENJADI "PESUGIHAN'
Tentu kita, terutama yang berasal dari Suku Jawa, sudah akrab dengan istilah "pesugihan". Seseorang yang karena hidupnya sengsara dalam kemiskinannya, dan tidak kuat lagi menanggungnya, maka jalan pintas yang diambil adalah memelihara pesugihan. Banyak macam pesugihan, antara lain tuyul, babi ngepet, kandang bubrah, jaran pinoleh, sampai pada tokoh Nyi Blorong. Semua jenis pesugihan itu disyaratkan mempersembahkan tumbal, umumnya berupa jiwa, baik diri sendiri maupun orang lain. Semua sudah sepakat bahwa hal ini adalah sesat, dan semua juga meyakini bahwa setelah si pelaku pesugihan meninggal, maka arwahnya akan sengsara.
Dari dahulu sampai sekarang, memang menjadi salah satu keinginan manusia untuk menjadi kaya. Sayangnya banyak orang yang menginginkannya secara instan. Tidak peduli halal atau haram, masuk akal atau tidak, mereka menginginkan menjadi kaya. Maka banyak orang yang justru memanfaatkan orang- orang semacam itu, misalkan orang yang mengklaim bahwa dia bisa melipatgandakan uang. Atau menyediakan semacam jimat atau mantra- mantra supaya rejeki lekas datang. Pada akhirnya tidak sedikit yang tertipu. Setelah menyerahkan uang yang cukup banyak, atau membayar tarif yang lumayan mahal, akhirnya kecele, uang hilang dan tidak dapat ganti.
Banyak juga yang sadar bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan dosa, tapi toh tetap ingin kaya dengan cara instan. Lalu, akhirnya mereka mendapat alternatif yang bukan hanya tidak dosa tapi malah mendapat pahala (katanya) dan bisa membuat mereka kaya. Ditambah lagi sudah banyak yang membuktikan. Apa itu?
Setiap kali saya pergi ke toko buku, banyak saya temukan buku yang mengulas cara mendapatkan rizqi dengan cara bersedekah. Silahkan anda cek ke toko buku manapun, ke bagian Agama Islam, niscaya anda akan menemukan bermacam- macam judul buku yang kira- kira temanya "Kedahsyatan Sedekah", atau "Dengan Sedekah Menjadi Kaya", dan semacamnya. Selain itu beberapa kali saya terlibat perbincangan dengan tema yang sama, entah sumbernya dari ceramah, membaca atau melihat video di internet.
Apakah memang sedekah bisa membuat pelakunya menjadi kaya? Jawabannya jelas: YA.
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sendiri yang menjamin. Ini tertuang salah satunya dalam Surat Al Baqarah ayat 276:
يَمْحَقُ اللَّـهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
(QS Al Baqarah 2: 276)
Dari ayat di atas bisa diartikan bahwa barang siapa yang bersedekah, maka اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى akan menyuburkan/ menjadikan yang disedekahkan itu berlipat ganda. Jadi memang tidak salah bahwa dengan bersedekah maka dia akan mendapat balasan yang berlipat- lipat. Jadi apa dong permasalahannya?
![]() |
Melipatgandakan uang. |
Yang jadi masalah adalah ketika orang yang bersedekah mengharapkan balasan yang lebih banyak (di dunia), atau sedekahnya sebagai jalan agar cita- cita atau keinginannya tercapai. Jelas ketika orang menginginkan dirinya kaya, berarti dia bersedekah untuk mendapat balasan yang lebih banyak, dan bisa dikatakan bukan karena Allah. Mari kita renungkan Al Qur'an Surat Al Muddatsir ayat 6 berikut:
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Nah, sudah jelas larangannya. Jika bermaksud untuk mendapat balasan yang lebih banyak, maka niat lillahi ta'ala-nya hilang. Tapi sudah banyak bukti bahwa dengan bersedekah orang- orang itu menjadi kaya, atau tercapai keinginannya, paling tidak mendapat ganti yang berlipat- lipat! Berarti diterima dong sedekahnya oleh
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى! Ya, tentu sedekah mereka tidak akan sia- sia begitu saja, baik lillahi ta'ala maupun bukan, tetap saja janji
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sudah tetap dan Dia tidak pernah mengingkari janji. Tapi ada baiknya kita renungkan Al Qur'an Surat Asy Syura ayat 20 berikut:
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di
dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak
ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.
(QS Asy Syura 42: 20)
Jelas sekarang bahwa memang
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memberi balasan kepada orang yang bersedekah karena menginginkan balasan di dunia, namun balasan itu hanya sebagian keuntungannya saja, bukan semuanya, sedangkan di akherat (pahala) ia tidak mendapat sama sekali.
Memang betul dengan bersedekah maka hidup akan lebih baik, tapi jika niatnya bukan lillahi ta'ala, maka tidak ada pahala baginya sedikitpun. Jangan sampai amal mulia kita justru menjadi seperti "ngingu pesugihan" atau upaya melipatgandakan uang. Bedanya yang ini tidak berdosa dan tanpa tumbal. Dan dari renungan di atas maka sedekah semacam ini tidak bisa dikatakan mendapat pahala. Sungguh sangat disayangkan jika nanti di akherat kita tidak mendapatkan balasan sedekah kita. Sedangkan bagi yang bersedekah dengan niat lillahi ta'ala, ikhlas, tanpa mengharap suatu balasan, maka untuknya balasan/ keuntungan di dunia dan di akherat. Mungkin saja kelihatannya dia tidak mendapat balasan di dunia, tapi siapa tahu balasannya nanti dibayar kontan di akherat.
Ada kisah seseorang yang bersedekah dari hasil menjual HP bututnya kemudian merasa mendapat keuntungan/ balasan sampai miliaran rupiah, maka jika dia niatnya lillahi ta'ala, maka bisa kita bayangkan bahwa uang miliaran itu hanya sebagian saja, bagian yang lebih besar lagi masih akan diterima di akherat, betapa besarnya!
Namun satu lagi kaidah bersedekah supaya tidak hapus keuntungan kita di akherat, yaitu seperti yang tercantum dalam Al Qur'an Surat Al Insan ayat 9:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Sesungguhnya
kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.
Jika mengharapkan ridha dari
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى maka mestinya kita tidak mengharap balasan, bahkan sekedar mengharap ucapan terima kasihpun akan membatalkan keridhaan
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى .
Allahu a'lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar