Sabtu, 13 Juli 2013

Baiti Jannati

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

BAITI JANNATI
(SEKUEL DARI 'JANGAN NUNGGU NANTI DI AKHERAT')

   Baiti jannati, atau dalam Bahasa Indonesianya 'Rumahku Surgaku' adalah slogan yang sangat termasyur. Sering kita menemukan pembahasan dengan tema ini di berbagai ruang publik. Tema ini selalu dirangkai dengan pembahasan mengenai keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Pasti pembahasannya akan menjadi sangat indah, bahkan sering dibumbui romantisme dalam keluarga. Tapi di sini kita akan mengupas tema Baiti Jannati ini dari sisi lain secara singkat, yang mungkin tidak semenarik/ sesyahdu pembahasan- pembahasan yang biasa kita temui sebelumnya.
   Menjadikan rumah sendiri sebagai surga, tentulah merupakan keinginan kita semua. Ini karena surga merupakan tempat yang penuh kenikmatan. Tapi apakah semua tempat yang berisi kenikmatan adalah surga? Belum tentu. Bisa jadi tempat itu hanya sebagai surga dunia yang lebih cocok diistilahkan sebagai tempat didapatkannya kesenangan dunia yang menipu. Maka disini, kita merefresh kembali makna dari surga itu.
   Seperti yang banyak disebut dalam Al Qur'an dan hadits- hadits, bahwa orang yang beriman dan beramal sholeh akan ditempatkan  اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dalam surga. Atau dengan definisi lain, orang yang mengikuti segala perintah اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan menjauhi segala laranganNya (kalaupun melakukan kesalahan segera bertaubat) akan dibalasi dengan surga. Artinya surga adalah suatu tempat yang isinya adalah orang- orang yang beriman dan beramal sholeh, atau orang- orang yang mengikuti segala perintah اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan menjauhi segala laranganNya (atau yang bertaubat jika melakukan kesalahan). Jika penghuninya bukan orang yang mengikuti perintahNya dan atau melanggar laranganNya, maka tempat itu bukanlah surga. Logikanya sederhana, bukan?
   Maka sebuah rumah bisa dikatakan menjadi surga bila di dalam rumah itu dilaksanakan perintah- perintah اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Jika rumah itu dijadikan tempat untuk ingkar terhadap perintah dan laranganNya, maka rumah itu tidak bisa dikatakan sebagai surga, meskipun penghuninya rukun, saling mencintai, segala kebutuhan tercukupi, bahkan berlebih, rumahnya indah dan nyaman, sejuk, terasa tentram dan damai jika memasukinya. Itu hanya sebagai kenikmatan dunia yang bisa- bisa menjerumuskan penghuninya ke neraka.
   Jika kita kembali kepada kisah manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s, maka ada suatu hal yang menarik untuk kita hubungkan dengan tema ini. Kita tahu bahwa Nabi Adam a.s pada awalnya tinggal di 'Jannah'. Di situ Nabi Adam merasa nyaman, segala kebutuhannya terpenuhi. Namun, ketika Nabi Adam a.s terjebak oleh hasutan syaitan, maka اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى 'menurunkan'nya dari 'Jannah'. Alkisah sejak saat itu Nabi Adam a.s tinggal di bumi ini, bukan di jannah/ surga lagi. Yang menarik adalah sebab keluarnya Nabi Adam a.s dari jannah/ surga adalah karena melanggar perintah اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى untuk tidak menuruti kata- kata Iblis, dan untuk tidak mendekati buah yang dilarang اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Dengan dilanggarnya larangan اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى di tempat itu, maka 'turun'lah status Nabi Adam a.s dari penghuni jannah/ surga menjadi penghuni bumi. Ini karena jannah/ surga bukanlah tempat orang- orang yang melanggar ketentuanNya.
   Maka dari itu, untuk masuk surga tidak perlu menunggu nanti di akherat. Kita mulai sekarang bisa membangun surga kita. Insya Allah jika kita berhasil membangun surga kita di dunia ini, di akherat pun akan menghuni surga pula. Di sana kita akan ditemani bidadari- bidadari surga, menempati tempat yang indah dan nyaman, sejuk, penuh kenikmatan, segala kebutuhan tidak perlu diusahakan melainkan akan terpenuhi sendiri...dst.
   Dan jika kita telah berhasil menjadikan rumah kita menjadi surga kita, mudah- mudahan dengan usaha bersama kita bisa menjadikan kampungku surgaku, berlanjut ke kotaku surgaku, negeriku surgaku, akhirnya menjadi bumiku surgaku seperti waktu Nabi Adam a.s belum melanggar aturanNya... Insya Allah...

 Allahu a'lam bishshawab.

Salam untuk 'Bidadari Surgaku'...(insya Allah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar