Jumat, 09 November 2012

Kenapa Kita Tidak Vegetarian?

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

KENAPA KITA TIDAK VEGETARIAN?

   Topik ini sebenarnya sudah saya siapkan sejak lama. Waktu itu saya sempat sharing ke beberapa teman dengan judul 'Menjawab Pertanyaan Sang Vegetarian'. Di situ saya menulis bahwa saya sudah mempersiapkan jawaban kalau- kalau suatu saat diserang pertanyaan oleh teman saya yang beragama lain yang merupakan seorang vegetarian.
   Teman saya itu, sekarang bekerja satu shift dengan saya, sering mengkritik sikap orang- orang Islam dalam kesehariannya. Pernah dia bertanya kepada kompatriotnya saat berada di mobil jemputan,"apa makna Id? Sesudah sholat terus makan- makan. Pelajaran moral apa yang didapat dari hal ini?" Waktu itu saya diam saja, karena kalaupu dijelaskan waktu yang sempit nggak bakalan cukup. Di Bulan Ramadan dia sempat bertanya kepada saya, "puasanya orang Islam itu menyiksa, andaikan kita diperbolehkan minum, pasti akan lebih baik bukan?" Waktu itu saya belum menyadari kalau dia sedang menyerang agama saya. Saya hanya menjawab,"nggak juga, buktinya tanpa makan dan minum kami tetap bisa menjalankan aktivitas seperti biasa." Saya baru sadar ketika di lain hari seorang pekerja yang seagama dengan dia bercerita bahwa hari itu adalah hari besar agama mereka dan dia sedang berpuasa, tapi puasanya boleh minum. Ah, ternyata dia membandingkan ajaran agamanya dengan agama Islam. Kemudian ketika saya sedang membaca Al Qur'an dia bertanya lagi,"memangnya kamu ngerti bahasa Arab?" Kali ini saya langsung sadar dia sedang mencibir orang Islam, langsung saya bilang,"ya, saya bisa, meski sedikit." Sedikit kan bisa juga cuma satu kata, jadi saya nggak bohong dong.
   Sebelum dia segrup dengan saya, saya pernah mendengar dari kompatriotnya bahwa dia mengkritik penyembelihan hewan untuk dimakan. Mungkin dengan alasan peri kehewanan atau apalah. Makanya saya pasang kuda- kuda kalau- kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya. Tapi setelah menunggu sekian waktu, ternyata pertanyaan itu tidak muncul juga. Bahkan dia mengakui bahwa apa yang dia perbuat tidak seluruhnya benar. Terlebih lagi, setelah saya ajak diskusi tentang agama ternyata dia mengakui bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang masih murni. Dan dalam banyak hal yang saya beberkan ke dia, dia mengakui bahwa Islam itu simpel dan masuk akal. Dan dia sempat menyatakan bahwa Islam adalah agama terbaik, tapi penganutnya adalah penganut terburuk. Tapi hidayah  اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى belum sampai kepadanya.
   Namun tidak ada salahnya pasang kuda- kuda. Jika kita berdebat dengan kaum vegetarian dan menyodorkan fakta- fakta bahwa menurut penelitian para vegetarian mempunyai masalah kekurangan nutrisi, maka merekapun akan menyodorkan fakta bahwa penyakit berat saat ini dikarenakan karena konsumsi makanan hewani, misalnya kolesterol. Hal ini tidak akan selesai.
   Maka inilah perlunya kita memikirkan ciptaan اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.  Saya di sini berkesempatan menyaksikan alam dimana sukar untuk mendapatkan tanaman yang bisa dimakan oleh manusia. Sekeliling tempat saya bekerja hanya ditumbuhi semak belukar dan pohon kayu yang kebanyakan tidak berbuah dan daunnya pun tidak enak dimakan. Saya perhatikan hewan hewan yang ada di sekitar tempat itu, unta, burung, biawak, kelinci, musang, serta berbagai serangga dan hewan beracun. Kemudian saya membayangkan orang- orang yang hidup di daerah ini, apa yang mereka makan? Saya yakin, dan jika saya menjadi mereka, saya akan memakan burung, kelinci, atau biawak jika terpaksa. Kalau memungkinkan saya akan memelihara domba dan onta untuk saya minum susunya dan dimakan dagingnya. Saya tidak tahu seandainya kaum vegetarian itu hidup di tempat itu, apakah mereka berubah pikiran atau... Jangan- jangan selang beberapa hari kemudian saat saya lagi enak- enak makan daging burung panggang, orang- orang itu sedang dimakan oleh burung bangkai....

Pemandangan matahari menjelang terbenam dari daerah gurun. Tumbuhan apa yang bisa kita makan di sini?

   Maka inilah makna dari Islam ditujukan untuk semua umat manusia, yang hidup di daerah subur, gersang, padang pasir, bahkan kutub. Mungkin yang hobi memancing punya pemikiran yang sama dengan saya, ketika kehabisan bekal di tengah laut, untuk bertahan hidup tidak ada pilihan kecuali memakan ikan.

   Allahu a'lam bishshawab.

2 komentar:

  1. Kalau begitu ini pertanyaan simpel: "Anda hidup di mana?" Kalau Anda hidup di paang gurun yang gersang dan hanya ada hewan untuk dimakan, tidak ada yang bisa disalahkan. Kita semua punya hak untuk bertahan hidup, walau harus terpaksa membunuh. Tapi saat ini, kita tidak butuh daging hewan, terutama karena jumlah manusia yang membludak menyebabkan hewan2 ternak harus diletakkan di kandang2 sempit dan ditumbuhkan cepat2 untuk konsumsi manusia. Kalau bisa makan tumbuh-tumbuhan, kenapa harus makan hewan? Jaman ini banyak makanan vegetarian, bukan cuma untuk agama Buddha & Hindu, banyak Kristen dan Islam yang juga vegetarian. Saya tahu Islam sangat menghargai hewan, dan kalau melihat cara manusia memperlakukan hewan saat ini, rasanya semua daging ternak udah tidak layak konsumsi. Kita kurang menghargai hewan dan cenderun menganggap mereka hanya sebagai mesin, padahal mereka punya peerasaan. Ini bukan keperibinatangan, ini tentang kepekaan kita sebagai manusia dan masih termasuk sifat kemanusiaan kita sendiri.

    Nutrisi seorang vegetarian dipastikan bisa dicukupi dengan konsumsi variasi sayur, kacang, biji-bijian, buah, dan sereal. Tidak ada masalah. Bahkan vegetarian lebih jarang kena stroke, jantung, kolesterol, diabetes, dan kanker.

    Apakah saya akan membunuh hewan jika ada di tempat gersang? Jawabannya: Pilihan pertama saya tetap tumbuh-tumbuhan, kemudian telur, kalau mendesak baru saya bunuh hewan yang ada untuk dikonsumsi. Tapi btw, di budaya tertentu yang tinggi konsumsi dagingnya, harapan hidupnya juga cenderung rendah. Jadi walaupun terpaksa makan daging, hal tersebut juga berdampak ke kesehatan. :)

    BalasHapus
  2. Pertama- tama saya ucapkan terimakasih sekali atas komentarnya.
    Jawaban pertanyaan yang simpel 'Anda hidup di mana?' saya jawab dengan simpel juga: saya (dan kita semua) hidup di Bumi. Ada kemungkinan kita berpindah- pindah tempat. Saya telah mencontohkan dalam posting saya, kita bisa saja hidup di gurun, di atas sebuah perahu, dan tentu saja yang kita alami di Indonesia, di tanah yang sangat subur.
    Selanjutnya saya akan menanggapi komentar anda dengan kacamata Islam, mohon maaf jika anda bukan penganut Agama Islam. Dalam Islam kita tidak boleh mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah SWT, dan begitu pula menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT (Al Qur'an Surat Al An'am/ Binatang Ternak ayat 119 dan Surat Al Maidah/ Hidangan ayat 87). Jika urusannya selera, dalam artian suka dan tidak suka, maka tidak mengapa jika kita tidak mau memakan sesuatu yang halal karena kita tidak menyukainya. Namun menjadi terlarang jika mengatakan bahwa itu haram, atau melarang orang lain memakannya.
    Mengenai kelebihan dan kekurangan orang vegetarian dan non vegetarian, kita bisa menemukan artikel- artikel yang membahas masalah ini, maka dalam postingan saya sudah saya singgung bahwa perdebatan akan hal ini akan menjadi hal yang berlarut- larut disebabkan -menurut anda- penanganan bahan pangan saat ini bisa dikatakan tidak layak. Bukan hanya makanan hewan yang cenderung berbahan baku kimia, namun sayur mayur dan buah- buahan pun akrab dengan bahan kimia melalui pupuk dan insektisida. Dalam pengaturan perlakuan kepada hewan dan tumbuhan, mungkin bisa ditanyakan kepada yang lebih ahli. Maka dari itu saya tidak membahas hal ini dari sudut pandang medis.
    Tentang anggapan bahwa hewan hanya diperlakukan seperti mesin, maka dalam Islam disebutkan bahwa hewan- hewan diperuntukkan untuk manusia (Al Qur'an Surat An Nahl/ Lebah ayat 5). Maka kita berhak memanfatkannya sebagai kendaraan, dan mengambil manfaat lainnya seperti bulunya, susu, madu, dan dagingnya. Tentu kitapun wajib memenuhi hak- haknya. Banyak hadits yang membahas tentang cara memperlakukan hewan, bahkan sampai cara menyembelihnya (seperti yang anda katakan dalam Islam hewan diperlakukan dengan baik). Allah SWT adalah pencipta manusia dan juga hewan. Dia mengerti betul apa yang dirasakan makhlukNya. Jika kita menuruti apa yang disampaikanNya, maka PASTI itulah yang terbaik, bukan hanya untuk manusia, namun juga buat hewan, dan seluruh benda yang ada di alam semesta ini.
    Dan sekali lagi, Islam diturunkan untuk bisa diterapkan di seluruh tempat di bumi ini, maka dimanapun kita tinggal, pastilah kita bisa melaksanakan agama ini.
    Semoga Allah SWT memberi petunjuk ke arah yang lebih mendekati kebenaran.

    BalasHapus