بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
BELAJAR AL QUR’AN DARI ORANG KAFIR
Seringkali
kita membaca Al Qur’an beserta terjemaahnya, dan mungkin juga dengan
tafsirnya. Tapi sering pula kita membacanya hanya sekedar lewat. Bisa
jadi karena sebenarnya Al Qur’an itu sudah sesuai hati nurani kita- sesuai dengan 'anggukan universal' menurut istilah Ary Ginanjar-, jadi
tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Tapi
ketika tiba-tiba kita disodori pertanyaan tentang isi Al Qur’an, kita
malah bingung, karena pertanyaan ini tak pernah terlintas di benak kita,
atau mungkin sekedar melintas tanpa kita mengkajinya lebih dalam.
Jangan kaget, sekarang ini banyak orang kafir yang mempelajari Al Qur’an
lebih serius dibanding kebanyakan umat Islam sendiri. Mereka
mempelajari, bukan untuk diamalkan, tapi dicari celah- celah kelemahan
Al Qur’an ini. Dan ketika mereka mengajukan pertanyaan, sebaiknya kita
sudah punya pegangan. Dan yang paling penting kita harus sadar bahwa
tujuan mereka bukan mencari kebenaran, tapi mau mencela Islam.
Sebagai contoh yang sempat saya lihat di internet, mereka mencela ayat Al Qur’an berikut:
QS Al Anfal (8):65-66
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِن يَكُن مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِن يَكُن مِّنكُم مِّائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ ﴿٦٥﴾ الْآنَ خَفَّفَ اللَّـهُ عَنكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا ۚ فَإِن يَكُن مِّنكُم مِّائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِن يَكُن مِّنكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَاللَّـهُ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٦٦﴾
Hai
Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada
dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang
sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.(65)
Sekarang
Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu
ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar,
niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antaramu
ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu
orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar.(66)
Mereka
mempertanyakan untuk apa Tuhannya orang Islam membuat perbandingan 20
dengan 200, 100 dengan 1000 dan 100:200 serta 1000:2000? Kenapa tidak
dibikin yang simple saja, 1:10 dan 1:2? Menurut mereka ini sebuah ayat
yang berbelit- belit, tapi hanya mengatakan sesuatu yang sepele.
Jika
kita yang membaca ayatnya, pasti kita akan memandangnya biasa- biasa
saja, tidak ada yang ganjil. Tapi ternyata di mata orang yang kerjaannya
mancari- cari kelemahan kitab sucinya orang Islam ini, itu adalah
sebuah pernyataan yang aneh. Terus mesti menjawab gimana? Tentunya kita
tidak akan membiarkannya begitu saja. Kita mesti tahu jawabannya.
Pertama, mereka pun sebenarnya mengakui (sadar ataupun tidak) bahwa ayat di atas secara ilmu matematika 100% benar.
Kedua,
mungkin mereka hanya melihat angka- angkanya saja tanpa menengok
kondisinya, dalam hal ini angka tersebut menyatakan jumlah pasukan
perang. Saya kira mereka terlalu banyak dipengaruhi film- film Hollywood
yang bintang utamanya bisa mengalahkan musuh yang berjumlah ratusan,
atau bahkan senegara hanya dengan seorang diri. Sedangkan ayat ini
berbicara tentang realita, bukan film atau angan- angan.
Kita
bisa bayangkan seandainya dikatakan 1 orang bisa mengalahkan 10 orang,
pasti yang terbayang di benak kita adalah sebuah film action fiktif.
Atau bisa jadi 1 orang berotot mengalahkan 10 orang yang terjangkit gizi
buruk. Tapi kan namanya pasukan perang, ya pasti dipilih yang perkasa-
perkasa, di kedua belah pihak. Artinya kekuatan mereka berimbang. Kita
bisa saksikan, seorang petinju sangat bekerja keras hanya untuk
mengalahkan lawannya yang hanya satu orang, yang bobot tubuhnya
seimbang. Kita juga bisa lihat di ajang UFC, Taekwondo, Gulat, dsb,
semua dalam kondisi yang sama. Apa jadinya kalau satu petinju menghadapi
2 lawan yang besar badannya sama, pasti susah mengimbanginya.
Tapi
dengan jumlah yang agak banyak, dicontohkan minimal 10 orang, kita bisa
menyusun taktik. Taktik bisa dipakai dalam mengelabuhi lawan. Dengan
pengaturan barisan tertentu, kita susah membedakan antara 100 orang atau
1000 orang. Bisa jadi dengan cara tertentu 100 pasukan bisa terlihat
sebanyak 1000 orang, atau sebaliknya untuk mengelabuhi musuh, 1000 orang
dibariskan seperti hanya 100 orang saja. Atau bisa digunakan taktik
membagi peran. Misalkan ada pasukan infantri, kaveleri, pasukan panah
atau penembak, dll yang saling mendukung.
Contohnya
pasukan Thalut yang sedikit bisa mengalahkan pasukan Jalut yang jauh
lebih banyak dengan strategi ‘shift’nya. Atau Khalid bin Walid dengan
strategi zig-zagnya yang bisa membuat 3.000 tentara muslim ditakuti
200.000 pasukan Romawi dalam perang Mu’tah. Mungkin kalau dicontohkan di
film bisa dilihat di film ‘300’ (meski film Hollywood juga, tapi agak
realistis).
Bayangkan
jika maju sendirian, mau pakai strategi yang gimana? Paling juga modal
otot atau olah senjata, atau modal nekat doang. Paling pol strategi bom
bunuh diri.
Tapi
bisa jadi, tanpa pertanyaan dari si kafir tadi, kita tidak akan
mengambil pelajaran dari ayat di atas dan sejarah Islam yang kita pakai
untuk menyanggahnya. Jadi, gara- gara si kafir, kita jadi mempelajari Al
Qur’an dan Islam lebih banyak.
By
the way, QS 8:65-66 di atas menggambarkan menurunnya kualitas kesabaran
kaum muslimin berdampak menurunnya pula kualitas berperang mereka, atau
menurunnya kadar pertolongan الله bahkan
cuma tinggal 20% saja (dari 1:10 tinggal 1:2). Sekali lagi, yang turun
kualitas kesabarannya, gimana kalau yang turun kualitas imannya?
Wallahu a’lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar