بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
AL QUR'AN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH MODERN
Kita tentunya sangat familiar dengan karya tulis ilmiah. Ini adalah karya tulis yang berisikan hal- hal yang bersifat riil, bukan rekayasa, fiksi atau imajinasi. Sumbernya bisa berupa pengalaman, pengamatan, penelitian, dan lainnya. Bagi yang pernah belajar di bidang tehnik, tentu mengenal karya tulis seperti ini, karena paling tidak kita harus menyusunnya paling tidak sekali dalam tingkatan pendidikan kita. Sebutlah contohnya skripsi. Bagi saya yang hanya lulusan STM, paling tidak sudah pernah menyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Tentu pula kita tahu bahwa syarat untuk menjadi karya tulis ilmiah yang benar paling tidak atau intinya berisikan 3 bab. Bab 1 adalah Pendahuluan, Bab 2 adalah Isi, dan Bab 3 adalah Penutup. Masing- masing bab bisa diperluas lagi sesuai kreativitas atau keinginan penulis. Tapi intinya tetap 3 itu saja. Saya hanya mengambil contoh sedikit saja, tentu yang pernah saya susun mengenai penelitian.
Bab 1 atau Pendahuluan/ Pembuka biasanya berisi pemaparan suatu masalah. Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis tersebut dibahas secara sekilas agar pembaca mempunyai gambaran tentang isi karya tulis tersebut.
Bab 2 yang berisi pokok pembahasan menerangkan dengan detail masalah yang diutarakan. Mulai dari awal masalah, efeknya, analisis, problem solving, dan hasil dari usaha yang dilakukan. Semua diterangkan secara detail agar pembaca memahami betul tiap langkah yang dilakukan.
Bab 3 atau Penutup, isinya hampir sama dengan Pembuka, yaitu dengan membahas kembali masalah yang dikaji. Bedanya di bagian Penutup, penulis menyampaikan cara menyelesaikan masalah tersebut secara ringkas yang biasa disebut Kesimpulan. Dalam bab ini pula penulis berharap karya tulisnya bemanfaat, maka tenti saja apa yang ia tempuh untuk menyelesaikan masalah tersebut diikuti oleh pembaca, maka penulis memberikan Saran kepada pembaca jika menemui masalah serupa.
Apakah Al Qur'an juga memenuhi syarat dan kaidah untuk bisa disebut sebagai sebuah karya tulis ilmiah modern? Kita lihat Al Qur'an versi Utsman bin Affan r.a ini.
- Bab Pendahuluan/ Pembuka, tentu semua muslim tahu bahwa Al Qur'an dibuka atau diawali dengan surat Al Fatihah yang artinya 'Pembukaan'.
- Bab Isi, yaitu penjelasan detail tentang 'jalan yang benar/ lurus' itu dan bagaimana cara menempuhnya. Ini dirinci dari Surat Al Baqarah sampai Al Falaq, ada juga yang berpendapat sampai Surat Al Lahab.
- Bab Penutup, sebagian ulama berpendapat bab ini dimulai dari Surat Al Ikhlas sampai An Naas, ada juga yang berpendapat hanya Surat An Naas saja.
Dalam Bab Inti atau Isi, dijabarkan dengan terperinci tentang jalan itu, serta bagaimana cara menjalaninya, dan membahas pula jalan yang tidak boleh dilalui tersebut.
Dalam Bab Penutup, yaitu Surat An Naas, disimpulkan bagaimana cara agar berhasil melalui jalan tersebut tanpa tersesat ke jalan yang lainnya, ini terwakili dalam ayat "aku berlindung kepada (Allah)....dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia."
Tadi kita singgung bahwa Bab Pembuka dan Bab Penutup harus selaras atau mirip, maka kita bandingkan:
Surat Al Fatihah:
- Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
- Segala puji bagi Allah, Rabb(1) semesta alam,
- Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
- Yang menguasai (Raja)(2) hari pembalasan.
- Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan(3)
- Tunjukilah kami jalan yang lurus,
- (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
- Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb(1) (yang memelihara dan menguasai) manusia.
- Raja(2) manusia.
- Sembahan (ilah)(3) manusia.
- dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
- yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
- dari (golongan) jin dan manusia.
- Kata 'Rabb' ada pada kedua surat tersebut.
- Kata 'Maalik' dan 'Malik' yang maknanya serupa ada pada kedua surat tersebut.
- Kata 'ilah' dalam surat An Naas berarti sama dengan 'yang diibadahi dan dimintai pertolongan' yang ada di Surat Al Fatihah.
- Inti masalah yang tercantum dalam Surat Al Fatihah dijawab dengan ringkas di Surat An Naas, seperti yang telah kita bahas sebelumnya.
Saran pada intinya menyuruh penbaca untuk melakukan apa yang diinginkan atau direkomendasikan penulis. Tentu saja biasanya penulis akan mengemukakannya dengan kalimat yang halus atau sopan. Misalkan jika kita menulis tentang 'Cara Mencuci Yang Baik', kita tidak bisa menuliskan 'Pisahkan pakaian yang putih dari yang berwarna', tentu lebih baik ditulis 'Pakaian yang putih sebaiknya dipisahkan dari pakaian yang berwarna'. Padahal tujuannya sama, yaitu menyuruh atau merekomendasikan pembaca untuk memisahkan pakaian putih dengan yang berwarna jika akan mencuci.
Kita lihat bahwa Surat An Naas ini didahului oleh kata perintah, yaitu 'qul' yang artinya 'katakanlah'. Bab Penutup ini memberi saran kepada pembacanya untuk terus meminta perlindungan kepada اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Tentunya caranya sudah diulas di Bab Isi.
Maka, Subhanallahu wallahu akbar, ternyata Utsman bin Affan r.a pada 14 abad yang lalu telah menyusun Al Qur'an ini dengan metode yang diakui oleh para ahli penulisan di era modern ini. Tentu kita yakini bahwa penyusunan ini tidak semata- mata menurut selera sang Khalifah, tapi atas bimbingan Sang Penyusun yang Haq, Yaitu اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
Allahu a'lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar