Kamis, 07 Maret 2013

Bershalawat Ingin Masuk Syurga

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

BERSHALAWAT INGIN MASUK SYURGA

Tradisi Baru
   Pada waktu saya cuti Bulan Desember lalu, saat menjelang sholat Jum'at di masjid dekat rumah mertua saya, ada sesuatu yang baru yang belum saya temui sebelumnya. Salah seorang dari jamaah yang hadir mengkomando seluruh jamaah untuk mengumandangkan sholawat (saya lupa nama shalawatnya) sebanyak 80 kali supaya dosa- dosa kita selama 80 tahun diampuni oleh   اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Kemudian secara berjamaah para jammah sholat Jum'at membaca bersama- sama. Shalawatnya berbunyi seperti ini: Allahumma shalli 'ala Muhammad abdika wa rasulikan nabiyyin ummiyyin.

Cara Mudah Masuk Syurga
   Jika seandainya shalawat kita diijabah oleh اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى maka kita bisa membuat perhitungan seperti ini: dosa kita sudah diampuni selama 80 tahun. Kita hitung umur kita: orang zaman sekarang rata- rata meninggal dunia antara usia 70- 80 tahun. Kalau kita hitung dari aqil baligh, kira- kira umur 9 tahun, maka kemungkinan dosa kita yang tercatat adalah sepanjang 61- 71 tahun. Berarti masih ada surplus 9- 19 tahun dosa kita diampuni oleh اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Jadi untuk menjadikan timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari amal kejahatan kita, cukup dengan bersedekah 500 rupiah, dan kita sudah bisa masuk syurga. Kan timbangan amal keburukannya sudah kosong. Ya, kan? Ternyata murah sekali ya tiket ke syurga itu, hanya dengan Rp 500,- dan bershalawat 80 kali yang memakan waktu kurang dari 15 menit, kita sudah bisa menikmati bidadari- bidadari, minuman anggur, susu, buah- buahan, tak ada terik matahari, dan segala kenikmatan super lainnya, lebih murah dari harga plembungan (balon). Tak perlu repot- repot menahan diri dari hawa nafsu, toh dosa kita sudah diampuni, malah nyisa lagi jatah pengampunannya. Sebegitu mudahkah cara masuk syurga? Nanti dulu...

Arti Shalawat
   Shalawat adalah bentuk jamak dari kata shalla, yang bisa berarti do'a, ibadah, keberkahan, kesejahteraan atau kemuliaan. Shalawat umat mukmin kepada Rasulullah SAW berarti do'a agar اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Rasulullah SAW. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa bershalawat kepada Rasulullah SAW adalah ekspresi kecintaan umatnya kepada beliau.
   Memang banyak hadits yang menyebutkan bahwa dengan bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka kita akan mendapat balasan kebaikan yang berlipat ganda, seperti itu intinya. Yang jadi masalah adalah, adakah kita dalam bershalawat benar- benar mendo'akan Rasulullah SAW agar mendapat rahmat dan kesejahteraan dari اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ? Bukankah banyak dari kita yang bershalawat karena ingin masuk syurga? Kalau tidak diiming- imingi pengampunan dosa atau mendapat pahala, akankah kita mengekspresikan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW? Dan, sudahkah kita benar- benar mencintai beliau?

Menshalawati Diri Sendiri, Bukan Nabi
   Kalau kita bershalawat karena mengharap pahala, atau diampuni dosa kita, kemudian karena itu kita masuk syurga, tanpa benar- benar dalam hati dan kesadaran kita mendo'akan Nabi SAW, bukankah itu sama dengan 'memanfaatkan'  Nabi untuk bisa masuk syurga? Sedangkan ekspresi cinta kita kepada Nabi SAW melalui shalawat, belum tentu menjadi bukti kecintaan kita terhadap beliau.
  Shahabat Anas bin Malik r.a pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, kira- kira seperti ini " ya Rasulullah, aku sangat mencintai anda, aku senang karena bisa berkumpul dengan engkau. Tapi apakah di akherat nanti aku bisa berkumpul dengan engkau seperti sekarang ini?" Kemudian Rasulullah SAW menjawab,"di akherat orang akan berkumpul dengan yang dicintainya." Mendengar jawaban itu, Anas bin Malik r.a pun sampai menangis karena bahagia.
   Rasa cinta bisa diungkapkan dengan kata- kata, tapi yang lebih penting adalah bukti melalui amal kita. Seorang laki- laki bisa dengan mudah menyatakan cinta kepada seorang wanita. Tapi ketika laki- laki tersebut tidak mau menuruti keinginan sang wanita, maka pastilah wanita itu menganggap cintanya tidak sungguh- sungguh. Demikian pula cinta kita kepada Nabi SAW, jika kita tidak mau mengikuti sunah beliau yang beliau wajibkan untuk kita ikuti, tentu kita dipandang tidak sungguh- sungguh dalam mencintai beliau, bahkan bisa jadi tidak cinta sama sekali.
   Shalawat kita kepada Nabi SAW akan membantu kita secara otomatis ketika kita lantunkan dengan kesadaran bahwa Nabi SAW memang layak kita cintai karena jasa beliau, karena keagungan beliau. Dengan rasa cinta kita yang kita ekspresikan dengan shalawat nabi, dan kita refleksikan dalam bentuk mengikuti sunah beliau, maka balasan berlipat ganda itu akan kita terima dengan sendirinya.
   Jadi ketika shalawat hanya kita jadikan 'passwords' untuk bisa masuk surga, maka tujuan shalawat yang kita lantunkan tidak tercapai. Kita selalu mengupamakan Rasulullah SAW sebagai bejana kebaikan yang sudah penuh, jika kita mendo'akan beliau, maka kebaikan itu akan tumpah dan kembali kepada kita sendiri. Kalau begitu, untuk siapa kita bershalawat, untuk Nabi SAW atau untuk diri kita sendiri? Jangan sampai shalawat yang kita lantunkan hanya sekedar menjadi 'rayuan gombal' sedangkan bukti kecintaan kita kepada Nabi SAW tidak kita refleksikan dengan benar.

Allahu a'lam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar