Minggu, 24 Maret 2013

Manual Book Manusia

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ 

MANUAL BOOK MANUSIA 


وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْ‌ضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِ‌هِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِ‌هِم مُّعْرِ‌ضُونَ

 Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS Al Mukminun (23):71)

 Manual Book
     Kita acap kali membeli barang- barang elektronik untuk keperluan kita. Umumnya perusahaan pembuat perangkat elektronik tersebut menyertakan buku petunjuk penggunaan atau manual book di dalam kemasan produknya. Kalaupun tidak, pasti ada petunjuk singkat untuk menemukan manual book terkait, misalkan konsumen diminta mengunjungi situs internet perusahaan terkait. Yang jelas buku petunjuk itu ada, berbentuk hard copy maupun soft copy. Demikian pula produk- produk lain seperti mobil, mainan, peralatan listrik, dan lainnya juga memerlukan buku petunjuk tersebut.
   Tujuan disediakannya manual book ini sangat jelas, yaitu supaya produk yang mereka pasarkan akan berfungsi dengan baik sesuai tujuannya. Selain itu supaya konsumen bisa dengan mudah mengoperasikannya, awet, dan tidak membahayakan.
    Tentu saja hanya manufacturer yang bersangkutan yang berhak menyusun dan menerbitkan buku tersebut. Jelas karena merekalah pihak yang mengetahui secara pasti detail, cara menggunakan, cara merawat, cara memecahkan masalah jika ada, dan lain- lain. Bahkan jika barangnya berbeda seri saja, maka buku petunjuknya akan beda meskipun pabrik pembuatnya sama. Tidak mungkin manual book untuk produk dengan spesifikasi 'A' diaplikasikan ke produk dengan spesifikasi 'B'. Dan tidak akan sesuai jika kita merubah prinsip- prinsip di dalam manual book mengoperasikan suatu produk yang bersangkutan. Sudah tentu tidak akan bekerja seperti semestinya.
   Bisa kita bayangkan, jika kita punya mobile phone dengan tombol qwerty, tidak mungkin kita memakai manual book untuk mobile phone yang touchscreen. Biar layarnya dipencet sampai gepeng ya nggak bakalan berubah displaynya.

Manual Book Untuk Manusia
   Bagaimana dengan manusia? Suatu produk super canggih yang memerlukan penanganan khusus ini tentu saja mempunyai manual book juga. Jika tidak, tentu akan saling berbenturan kepentingan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Jika demikian, akan rusaklah produk ini, paling tidak fungsinya tidak akan tercapai. Padahal fungsi manusia tidak main- main, sebagai pemimpin di bumi ini. Yang unik adalah kita harus mengaplikasikannya kepada diri kita sendiri, karena kitalah produk itu. Maka, di mana kita bisa menemukan manual book itu, supaya kita bisa berfungsi sesuai desain Penciptanya?
   Jawabannya jelas, Sang Pencipta telah menerbitkan buku petunjuk itu. Dan jika manusia tidak mengerti hal- hal yang dimaksudkan oleh manual book itu, maka Dia telah menugaskan utusan-Nya untuk memberi contoh. Ya, اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah menurunkan kitab- kitab suci, sejak dari jaman dulu, dan mengutus Rasul- rasul-Nya untuk menyampaikan, menjelaskan, sekaligus mengaplikasikannya ke dalam diri mereka sendiri. Jadi, manusia- manusia yang lain, selain mendapatkan info lengkap dari kitab- kitab tersebut, juga bisa belajar dari penjelasan- penjelasan dari para Rasul, dan juga mencontoh Sang Rasul sebagai sample product, sebagai suri tauladan.
   Bagi yang mengoperasikan dirinya sendiri dengan merujuk manual book tersebut, insya Allah dia akan berfungsi sebagaimana semestinya, seperti yang diinginkan oleh Penciptanya. Bagi yang merujuk manual book selain 'keluaran' dari Sang Pencipta, tentu saja jangan berharap akan berfungsi dengan baik. Bisa jadi malah akan membahayakan dirinya dan orang lain. Ini justru menjadi kebalikan dari tujuan penciptaan kita.
   Ada lagi manusia yang tidak puas dengan isi manual book tersebut. Dia merasa apa yang ada di dalam kitab- kitab buatan اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى itu tidak bisa atau tidak cocok untuk diterapkan. Rupanya dia merasa lebih mengetahui daripada Yang Maha Pencipta tentang dirinya, dan bumi seisinya ini, padahal اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى yang mencipta, bukan dia. Bahkan dia tidak melihat sama sekali ketika اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menciptakan langit dan bumi, dan dirinya sendiri. Betapa sangat sombongnya orang semacam ini. Dia berani merubah- rubah manual book yang sudah pasti 100% benar, dan pasti cocok jika diterapkan. Sayangnya masih banyak manusia yang sependapat dengan dia, yang akhirnya mengikuti manual book yang sudah tidak asli itu. Akibatnya, sama saja, fungsinya tidak akan tercapai.

Al Qur'an Sebagai Manual Book Edisi Terbaru
   Kitab- kitab yang اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah turunkan berlaku sampai pada masa- masa tertentu. Manual book itu menjadi tidak relevan lagi ketika اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah merubah kondisi ciptaanNya. Sebagai gambaran, jika sebuah perusahaan telah mengeluarkan produk yang lebih maju tehnologinya, sehingga manual booknya perlu disesuaikan dengan produk tersebut. Begitu pula Al Qur'an, kitab ini merevisi kitab- kitab sebelumnya, agar sesuai dengan kondisi semesta. Al Qur'an berfungsi membenarkan dan menyempurnakan kitab- kitab sebelumnya.
   Apa yang dibenarkan oleh Al Qur'an dari kitab- kitab sebelumnya? Para ulama sepakat bahwa yang dibenarkan adalah prinsip- prinsip utama dalam beragama, misalnya ketauhidan. Maka banyak sekali hal- hal yang sama yang terdapat dalam Al Qur'an dan kitab- kitab sebelumnya. Misalnya hanya menyembah kepada اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى , mengerjakan sholat, menunaikan zakat, dan lain- lain.
   Sedangkan yang disempurnakan adalah masalah syariat. Misalnya tentang tatacara ibadah, hubungan muamalah, hukum- hukum, dan sebagainya.
   Dan Al Qur'an ini adalah kitab terakhir yang اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى turunkan. Ini sudah sempurna, berlaku untuk seluruh manusia dan tak terbatas waktunya, bahkan nanti di akheratpun masih berlaku. Nggak percaya? Di dalam Al Qur'an terdapat gambaran tentang hari hisab, keadaan para penghuni syurga dan neraka. Jangan berpikir itu hanya penggambaran, itu adalah aturan yang nanti berlaku di akherat. Peraturannya barang siapa yang amal sholehnya di dunia lebih berat dari amal buruknya, maka dia berhak masuk surga yang mempunyai fasilitas- fasilitas seperti yang tercantum dalam Al Qur'an. Sebaliknya bagi yang di dunia amal buruknya lebih berat dari amal sholehnya, maka dia masuk neraka. Peraturan yang sangat jelas, dan pasti akan berlaku nanti di akherat.

Ayat- ayat Muhkamat dan mutasyabihat
   Petunjuk- petunjuk dalam Al Qur'an yang dirinci melalui ayat- ayat, terbagi menjadi ayat muhkamat dan ayat muhtasyabihat. Sebagian ulama mengartikan ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang sudah jelas maksudnya. Sedangkan ayat muhtasyabihat adalah ayat- ayat yang untuk memahaminya diperlukan pengkajian khusus, atau ayat yang belum berlaku sampai nanti suatu saat keadaan memungkinkannya untuk berlaku, dan ada pula yang menyerahkan artinya kepada اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى saja.
   Sebagian ulama yang lain memaknainya lebih rinci, yaitu ayat muhkamat adalah ayat- ayat yang berhubungan dengan prinsip beragama. Ini seperti yang tertulis di atas, menyangkut masalah- masalah tauhid, mengikuti jalan yang lurus dan meninggalkan langkah- langkah syaitan, tujuan penciptaan manusia, dan lain- lain. Inipun sesuai dengan pendapat ulama yang saya urai di alenia sebelumnya. Ayat- ayat ini karena berisi hal- hal prinsipil, maka tidak bisa ditawar- tawar lagi, harus dilaksanakan dan segera. Bagi yang melanggar ayat- ayat ini bisa dikatakan Islamnya tidak benar, atau bahkan mungkin gugur.
   Sedangkan ayat muhtasyabihat, adalah ayat- ayat yang berhubungan dengan tekhnis pelaksanaan agama. Bisa jadi memang perintah- perintah dalam ayat itu belum bisa dilaksanakan dengan sempurna. Atau bisa pula melakukan amal yang sama dengan cara- cara yang berbeda. Yang penting pengaplikasian ayat- ayat ini tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip yang telah diatur dalam ayat muhkamat.
   Contoh pelaksanaan ayat muhtasyabihat ini misalkan, bahwa hukum rajam bagi pezina adalah wajib. Namun ada kisah ketika seorang wanita melapor bahwa anak yang ada dalam kandungannya adalah hasil berzina, maka Rasulullah SAW memutuskan menunda pelaksanaan hukuman bagi wanita tersebut. Hukuman itu ditunda sampai wanita tersebut melahirkan. Kemudian dia melapor lagi, namun oleh Rasulullah SAW ditunda lagi sampai dia menuntaskan masa menyusui bayinya. Baru setelah bayi itu sampai pada masa disapih, beliau SAW melaksanakan hukuman.
   Di sini bisa diambil contoh, bahwa hukumannya wajib (prinsipil), tapi tekhnisnya, yaitu waktu pelaksanaannya bisa ditolerir. Berbeda dengan beribadah kepada اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى harus murni, dan terus menerus dalam kemurniannya. Tidak ada toleransi sama sekali dalam hal ini, karena ini adalah hal yang prinsipil, baik sifat maupun waktu pelaksanaannya.        

Penutup
   Maka mari kita berdo'a kepada  اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى, agar selalu dalam petunjukNya dalam mengoperasikan diri kita agar tidak keliru mengambil aturan- aturan dari manual book yang lain, atau yang sudah tidak orisinil lagi. Al Qur'an inilah petunjuk dari   اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى kepada jalan yang lurus. Kita tidak perlu ragu, tidak perlu lagi merevisi, apalagi mencari penggantinya.

Allahu a'lam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar