Jumat, 21 September 2012

Abdullah bin Rawaha

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

ABDULLAH BIN RAWAHA, SYAHIDIN YANG RANJANG EMASNYA MIRING
   Setelah terjadinya perdamaian Hudaibiyah, umat Islam tidak perlu lagi mengkhawatirkan akan adanya serangan dari pihak Quraisy. Maka Rasulullah SAW bisa memikirkan hal- hal lain untuk perkembangan Islam. Beliau teringat akan utusan dakwah beliau, yaitu Harits yang dibunuh tatkala menghantarkan surat yang berisi ajakan masuk Islam kepada gubernur Syam (bagian dari kerajaan Romawi) yang bernama Surahbil. Maka Rasulullah SAW bertekad memerangi Syam yang telah menolak ajakan masuk Islam, bahkan membunuh utusan beliau yang artinya mengajak berperang.
   Maka dikirimkanlah 3.000 pasukan ke negeri Syam yang perjalanannya bisa memakan waktu 1 bulan. Pasukan ini dipanglimai oleh Zaid bin Haritsa. Dalam pelepasan pasukan itu, Rasulullah SAW berpesan, diantaranya: jika Zaid gugur, maka panglima diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib, jika Ja’far gugur, panglima diambil alih oleh Abdullah bin Rawaha, dan bila Abdullah gugur, maka panglima dipilih melalui musyawarah. Kemudian pasukan inipun berangkat tanpa tau seberapa besar kekuatan musuh.
   Ketiga orang tersebut adalah orang- orang kepercayaan Rasulullah SAW. Zaid adalah anak angkat beliau. Ja’far, saudara sedarah dengan Ali bin Abi Thalib, pemimpin kaum muslimin saat hijrah ke Habsyi dan berhasil mengislamkan raja Habsyi. Adapun Abdullah adalah orang yang sering diikutkan dalam majelis syuro oleh Rasulullah SAW.
   Sesampainya di Ma’an, mereka mendapat informasi bahwa ternyata pihak Syam telah mengetahui rencana penyerangan tersebut. Surahbil telah meminta bantuan kepada Heraklius, sang Kaisar Romawi. Maka bergabunglah  pasukan Romawi itu yang totalnya sejumlah 200.000 pasukan! Bahkan Heraklius sendiri yang memimpin. Sebuah jumlah yang timpang, 3.000 akan melawan 200.000, 1:70! Tak ayal hal ini membuat bimbang hati pasukan muslim. Zaid pun mengumpulkan pasukan dan mengajukan pendapat: mengingat musuh yang berlipat jumlahnya, maka akan dikirim seorang utusan untuk menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW, kemudian apapun perintah Rasulullah SAW akan mereka lakukan. Hampir seluruh anggota pasukan setuju dengan pendapat Zaid ini. Tapi tiba- tiba Abdullah bin Rawaha berdiri dan berpidato:

 "Saudara-saudara, apa yang tidak kita sukai, justeru itu yang kita cari sekarang ini, yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan, juga bukan karena jumlah orang yang besar. Tetapi kita memerangi mereka hanyalah karena agama, yang dengan itu Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini: menang atau mati syahid."
   Sebuah pidato yang sangat agung dari manusia yang terbiasa melaksanakan perintah Allah dan RosulNya, yang paham betul arti untuk apa hidup ini. Tak ayal serentak para muslimin pun menyahut dengan semangat. Hilanglah sifat wahn dari diri mereka sama sekali.
   Di hari bertemunya dua pasukan, kaum muslimi memilih Mu’tah yang diapit oleh bukit sebagai ajang peperangan. Dengan gagah berani Zaid maju ke tengah pasukan musuh sambil membawa bendera dan mengayunkan pedangnya. Setelah berhasil membunuh belasan atau bahkan puluhan orang, akhirnya Zaid pun menemui kesyahidannya. Segera Ja’far mengambil alih bendera sesuai amanat Rasulullah. Sama seperti Zaid, Ja’far pun maju dengan gagah berani. Sampai suatu saat tangannya yang membawa bendera tertebas pedang musuh. Diambilnya bendera itu dengan tangan kanan sambil mempertahankan diri sebisanya, tanpa mundur sejengkalpun. Tapi tangan kanannyapun tertebas oleh pedang lawan. Masih belum hilang semangat beliau, dipeluknya bendera itu dengan kedua lengannya yang tersisa. Apa mau dikata, tanpa bisa menangkis, akhirnya Ja’far pun gugur setelah pedang lawan menghantam dadanya. Benderapun segera diambil alih oleh Abdullah bin Rawaha. Beliau saat itu mengendarai kuda. Beberapa saat beliau ragu, tetap berkuda atau turun. Jika tetap berkuda maka akan lebih mudah mempertahankan bendera, jika turun akan lebih mudah mengomando pasukan. Akhirnya beliau turun dan menemui akhirnya kesahidannya di ajang perang Mu’tah itu.
   Singkat kata pasukan muslim pulang ke Madinah setelah menewaskan ribuan orang dari pihak musuh dan membuat musuh yang tersisa berbalik mundur. Sedangkan korban dari pihak muslim hanya 12 orang. Rasulullah mengatakan bahwa beliau melihat ketiga orang panglima yang gugur tersebut berada di syurga. Tangan Ja’far diganti dengan sepasang sayap yang memungkinkannya terbang ke segala penjuru syurga. Ketiganya mendapat tempat masing- masing sebuah ranjang dari emas untuk tidur mereka. Hanya, kata Rasulullah SAW, ranjang Abdullah bin Rawaha agak miring sedikit. Kaum muslimin pun bertanya mengapa. Dijawab oleh Rasulullah SAW, bahwa ketika hendak maju menjadi panglima, ada sedikit keraguan dalam hatinya, seperti tersebut di atas. Sedangkan kedua rekannya maju dengan penuh semangat dan keyakinan. Itulah yang mambedakan. (diringkaskan dari Siroh Nabawiyah Muhammad Hussain Haikal)
   Wow… Orang yang sangat diandalkan oleh Rasulullah, orang yang membangkitkan semangat jihad kaum muslimin tatkala mereka sedang gentar menghadapi musuh, bahkan meninggalnyapun dalam keadaan syahid, jihad fisabilillah, tidak mendapat balasan yang sempurna dari اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  hanya karena hal yang mungkin sangat sepele, toh akhirnya beliau maju juga meninggalkan kudanya. Meskipun saya sangat yakin Abdullah Bin Rawaha tetap akan merasa sangat- sangat nyaman di tempat tidur tersebut.
   Lalu, kira- kira fasilitas seperti apa yang akan saya dapatkan, seandainya saya masuk syurga? Itu juga kalau masuk. Itulah pertanyaan yang terlintas di benak saya, dan pertanyaan pertanyaan berikutnya mengikuti. Apa yang telah aku lakukan selama ini? Apa yang bisa aku andalkan untuk membeli tiket syurga? Sholat masih sering terkalahkan oleh kondisi, sedekah masih sayang, puasa sunah lupa, apalagi jihad, jauh sekali. 
 Ya ALLAH, masukkanlah kami kedalam golongan orang- orang yang Engkau beri nikmat. Amiin.
  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَلْتَنظُرْ‌ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ‌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar