Bersyahadat Dua Kali
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Saat ini banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi tingkah lakunya tidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Bahkan Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam justru lebih terkenal sebagai negara koruptor, gudang bencana, dan setumpuk julukan yang sangat buruk. Jelas kondisi seperti ini disebabkan karena orang- orang yang mengaku beragama Islam itu jauh dari ajaran- ajaran Islam.
Ada lagi faham yang menurut saya adalah sumber dari jauhnya umat Islam dari ajaran Islam. Faham itu berupa pemahaman bahwa cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka akan masuk syurga, meskipun mampir dulu di neraka. Mereka merasa cukup dengan adanya jaminan masuk syurga tersebut. Mereka berpikir "nggak apa- apalah masuk neraka dulu, cuma sebentar ini, ntar juga masuk syurga akhirnya". Saya jadi terperanjat ketika membaca QS 3: 24 yang bunyinya:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۖ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِم مَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Hal
itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api
neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan
dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
Jadi orang yang menganggap akan masuk neraka sementara saja kemudian dipindah ke syurga, اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menjustifikasi mereka diperdaya oleh agama yang telah mereka ada- adakan. Hal ini sudah saya bahas sekilas di posting sebelumnya berjudul 'Jangan Nunggu Nanti Di Akherat'.
Oleh karena mereka sudah merasa dijamin masuk syurga inilah (yang kalau kita baca QS 3: 24 di atas adalah pengaruh Yahudi), maka mereka seenaknya saja berperilaku. Seolah- olah kita yang sudah membawa tiket pesawat tenang- tenang saja menunggu sampai antrean para TKW yang berdesak- desakan untuk masuk ke pesawat habis, baru kita beranjak dari kursi tunggu, toh akhirnya kita nanti juga masuk dan pasti kebagian tempat duduk. Dalam hal ini kita tidak perlu ikut- ikutan berdesak- desakan. Pun orang- orang yang berpaham 'nanti juga masuk syurga', santai saja mereka, tidak lagi punya ghirah dalam beragama. Hilanglah slogan 'berlomba- lombalah dalam kebaikan'.
Mereka sejatinya tidak tahu arti mengucapkan dua kalimat syahadat itu, tidak tahu konsekwensinya, tindak lanjutnya. Yang penting, mengucapkan dua kalimat syahadat = mendapat tiket ke syurga. Tak peduli di dunia ini tidak pernah sholat, tidak pula bayar zakat, korupsi se'pol'nya, suka menyakiti orang lain, dsb. Mereka tidak mengerti bahwa setelah mengikrarkan dua kelimat syahadat itu, banyak sekali konsekwensi yang harus ditanggung. Tapi ternyata bukan hanya orang Indonesia saja yang berfaham seperti ini, bahkan orang dari suku Arab-pun banyak yang berfaham serupa.
Sudah banyak ulama yang membahas arti dan konsekwensi dari bersyahadat ini. Di sini saya hanya ingin mengingatkan kita, termasuk diri sendiri, ternyata kita sudah bersyahadat dua kali, yaitu di alam arwah sebelum kita lahir, dan saat kita mengikrarkan diri kita sebagai seorang muslim.
Kita sudah tahu bahwa kalimat syahadat kita saat kita berikrar untuk beragama Islam adalah: asyhadu anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu ana muhammadarrasulullah. Lalu bagaimana syahadat kita di alam arwah? Ini terdapat dalam QS 7: 172,
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Dari ayat di atas اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى bertanya kepada tiap- tiap jiwa: bukankah aku ini rabb-mu? (alastu birabbikum?) kemudian tiap- tiap diri kita menjawab: betul, kami bersaksi (bala syahidna). Ada pula yang menterjemahkan 'kami menjadi saksi'. Ada perdebatan mengenai terjemaah ini, tapi bagi saya sama saja, meski saya lebih cenderung yang 'kami bersaksi', tapi toh kalau 'kami menjadi saksi' ya artinya menjadi saksi untuk dirinya sendiri, bagi siapa lagi? Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah syahadat ini berlaku untuk tiap- tiap jiwa, artinya sejak jaman Nabi Adam sampai kelak bayi yang lahir menjelang hari kiamatpun telah melakukan syahadat yang sama.
Setelah kita dewasa, untuk masuk ke dalam agama Islam, kita perlu bersyahadat sekali lagi, yaitu: asyhadu anlaa ilahaa illallah (aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah) sebagai syahadat tauhid, wa asyhadu ana muhammadarrasulullah (dan aku bersaksi muhammad adalah rasulullah) sebagai syahadat rasul.
Jika kita lihat, ternyata syahdat tauhid kita waktu mengikrarkan diri sebagai muslim, berbeda dengan syahadat kita waktu di alam arwah. Bedanya, di alam arwah
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menasbihkan diriNya sebagai Rabb, sedangkan di syahadat kita di dunia, kita diwajibkan mengakui
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى sebagai ilah. Kenapa harus seperti itu?
Kita di sekolah telah diberi tahu oleh guru agama, bahwa definisi 'Rabb' adalah pencipta, pemelihara, dan pengatur. Jadi sewaktu di alam arwah,
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى bertanya kepada kita: bukankah Aku ini yang menciptamu, yang memeliharamu, yang mengaturmu? Dan kita jawab: benar. Artinya, kita hadir di dunia ini kerena dicipta olehNya. Seluruh proses pembentukan kita di dalam rahim adalah atas kehendakNya, bukan tanpa sengaja. Kita bisa bertahan hidup karena dipelihara olehNya. Dia yang memberi kita rizqi, Dia yang memelihara sehingga jantung kita tetap berdetak meski diluar kehendak kita. Dia yang memelihara kita dari radiasi matahari, dari keterbatasan oksigen, dsb, dsb. Dan semua itu Dialah yang mengatur, dan untuk keseimbangan alam semesta ini, Dia telah membuat aturan yang maha hebat.
Sedangkan definisi 'Ilah' adalah zat yang diibadahi. Maka di dunia ini kita mengikrarkan bahwa kita hanya beribadah karena
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Kita sugah berjanji untuk menghamba hanya kepada
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى saja.
Jika kita lihat secara urutan, kita bersaksi bahwa
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى adalah Rabb kita, kemudian baru kita bersaksi bahwa kita hanya beribadah kepada اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى saja. Ada rahasia apa di balik ini? Ternyata
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berkehendak agar kita menyadari dahulu bahwa
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah menciptakan, memelihara, dan mengatur kita. Dia telah memberi segala kebaikan kepada kita. Hak- hak kita sebagai makhluk dijamin oleh
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى . Maka kewajiban kita di dunia ini adalah hanya beribadah kepadaNya saja, tidak boleh ke yang lain. Jika setiap diri kita menyadari bahwa hanya اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى lah yang memenuhi hak- hak kita, maka sangat wajar jika kita beribadah hanya kepadaNya.
Mudah- mudahan dengan pemahaman di atas, keikhlasan kita dalam beribadah akan semakin bertambah. Dan setelah tahu makna syahadat tauhid (ini hanya sebagian kecil saja), mudah- mudahan akan semakin mudah memahami arti dua kalimat syahadat. Selanjutnya kita harapkan faham 'cukup mengucapkan dua kalimat syahadat pasti masuk syurga' akan terkikis, sehingga ghirah kita dalam beragama Islam terus terjaga.
Apa pemahaman itu sudah cukup? Tentu belum. Kita bisa menemui pembahasan tentang 'makna syahadat' di tempat dan kesempatan lain oleh banyak ulama. Dan pembahasan di atas baru mencakup syahadat tauhid, belum membahas tentang syahadat rasul. Jadi? Mudah- mudahan
اللَّـهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memberi kita petunjuk, amiin.
dan di Indonesia kata rabb dan illah sama2 diartikan tuhan...sehingga walaupun dalam setiap sholat kita bersyahadat...terkadang kita masih punya illah yang lain selain Allah
BalasHapusAda sebagian pihak berupaya mengaburkan makna ilah dan rabb dengan menterjemahkannya dengan satu kata yang sama yaitu tuhan. Orang tidak akan tahu tuhan itu seperti apa karena rinciannya tidak jelas. Jika kita terjemahkan rabb dengan pencipta, pengatur dan pemelihara, maka ketika kita menyebut kata rabb, kita sudah terbayang DIA itu seperti apa, apa yang DIA lakukan untuk kita, dan apa yang harus kita lakukan. Ini akan sangat menyentuh jiwa kita. dst.
BalasHapusMaka sudah jelas siapa pihak tersebut.
Perhatikan lagi kata alhamdulillahirabbil 'alamiin diterjemahkan sebagai puji syukur kepada Allah Tuhan seru sekalian alam. Apa makna seru sekalian alam? Sangat tidak jelas. silahkan cek di Al Qur'an anda, mungkin anda bisa menemuinya.